RASIOO.id – Covid 19 belum berakhir, kalimat ini mungkin kini sudah jarang terdengar ditelinga masyarakat Indonesia. Bahkan, kematian dari penyakit yang pertama kali ditemukan di negeri tirai bambu itu masih terus memakan korban, bahkan saat ini terus melonjak.
Ada 43 orang yang dilaporkan meninggal per Kamis (3/11), rekor lagi sejak pertengahan April. Menurut epidemiolog Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia, kondisi ini sudah mengkhawatirkan. Ia menilai ada keterkaitan dengan subvarian Omicron XBB yang sudah masuk Indonesia.
“Situasi mengkhawatirkan ya. Ini dampak dari penyebaran subvarian Omicron XBB yang sebenarnya bergantung dari modal imunitas,” kata Dicky, Jumat (4/11/2022).
Imunitas berkurang disebut Dicky bisa terjadi lantaran banyak masyarakat Indonesia belum menerima vaksinasi booster. Bahkan, kebanyakan yang divaksinasi booster sudah melampaui enam bulan pasca disuntik.
Itu artinya antibodi perlindungan diri terhadap COVID-19 kemungkinan besar sudah berkurang.
“Dan pemerintah harus bisa menjamin bahwa perilaku atau upaya kegiatan di masa transisi ini tidak menimbulkan mudahnya terjadi penyebaran. Ini bicara seberapa disiplin protokol kesehatan, vaksinasi, pengaturan kapasitas, kombinasi WFH dan WFO,” ujar Dicky.
“Selain itu, kemampuan saranan layanan kesehatan dalam mendeteksi kasus juga perlu ditingkatkan mengingat angka kematian yang tengah meningkat,” pesan Dicky.
Menurutnya, angka harian hingga kematian COVID-19 bisa jadi dilaporkan melampaui yang tercatat pemerintah. Karenanya surveilans diminta untuk diperketat.
Editor: Wibowo
1 komentar