RASIOO.id – Navigasi telah menjadi bagian penting dari perjalanan manusia sejak zaman dahulu, jauh sebelum teknologi seperti GPS hadir.
Di masa itu, orang-orang harus bergantung pada pengetahuan tentang bintang-bintang dan alat-alat sederhana untuk menentukan arah dan posisi saat berpergian.
Tanpa navigasi yang tepat, perjalanan bisa berubah menjadi petualangan berbahaya.
Salah satu alat yang banyak digunakan saat itu adalah astrolabe, yang berfungsi memproyeksikan peta langit ke bidang datar, memudahkan penggunanya mengetahui posisi benda-benda langit berdasarkan waktu dan tempat.
Salah satu tokoh yang berjasa besar dalam sejarah navigasi adalah Maryam al-Ijliyah, atau dikenal juga sebagai Maryam al-Asturlabi.
Lahir di Aleppo, Suriah, pada abad ke-10, Maryam adalah seorang perempuan yang berhasil menonjol di dunia ilmu pengetahuan yang didominasi pria.
Dari ayahnya, yang juga ahli astrolabe, Maryam mempelajari seni pembuatan astrolabe, sebuah keterampilan yang jarang dimiliki, apalagi oleh seorang perempuan pada masa itu.
Astrolabe buatan Maryam bukan hanya berguna untuk navigasi, tetapi juga untuk keperluan astronomi dan agama, seperti menentukan arah Kiblat dan waktu salat.
Keahliannya yang luar biasa dalam membuat astrolabe diakui banyak pihak, termasuk penguasa Aleppo, Sayf al-Dawla, yang memberikan dukungan penuh terhadap riset dan inovasi ilmiah.
Kontribusi Maryam dalam ilmu astronomi dan teknologi navigasi begitu berharga, sehingga pada tahun 1990, sebuah sabuk asteroid diberi nama “Al-Ijliya” sebagai penghormatan terhadap karya-karyanya.
Maryam membuktikan bahwa perempuan memiliki potensi yang tak kalah hebat dari pria di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kisah hidup Maryam al-Ijliyah menjadi inspirasi bahwa perempuan bisa menorehkan pencapaian besar di dunia yang sering dianggap sebagai “dunia pria.”
Melalui kecerdasan dan ketekunannya, Maryam menegaskan bahwa perempuan berhak diakui dan dihormati dalam segala aspek kehidupan, termasuk ilmu pengetahuan.
Simak rasioo.id di Google News