Laporan: Saeful Ramadhan
“Wahai anak muda, aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat.
Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.
Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah; dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
RASIOO.id – Menjelang tengah hari, Kamis, 2 Oktober 2025, matahari menggantung tinggi di langit Thaif. Udara kering membelai panas, namun semilir angin dari pegunungan menyejukkan langkah para peziarah yang datang ke Masjid Abdullah bin Abbas.
Di depan kompleks masjid, berdiri gapura besar berwarna abu-abu membentang dua ruas jalan. Di atasnya terpampang kaligrafi Arab “Bābu Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘Anhumā” “Gerbang Abdullah bin Abbas semoga Allah meridhoi keduanya,” yang berkilau disinari mentari gurun.
Dari balik gapura, tampak masjid megah dengan menara tinggi menjulang di sisi kanan, menjadi penanda bahwa tempat ini bukan sekadar rumah ibadah, tetapi pusat sejarah dan ilmu.
Di sekeliling masjid, burung-burung merpati beterbangan rendah, seolah menyambut para tamu dari berbagai penjuru dunia. Pedagang kecil menjajakan kurma, siwak, dan tasbih; sementara para peminta sedekah duduk bersila di bawah rindang pohon zaitun tua.
Baca Juga: Jejak Rindu dan Kesetiaan di Jabal Tsur: Seekor Ular dan Sahabat yang Namanya Diabadikan Allah
Cahaya Ilmu dari Ludah Rasulullah
Di salah satu sudut pelataran, KH Agus Salim atau Abi Gus Lim, memimpin doa dan tahlil bersama puluhan jamaah Travel Ibnu Aqil Bogor. Di bawah cahaya siang yang menyilaukan, mereka duduk melingkar di samping pagar Masjid, di bawah rindang pohon, di atas trotoar jalan. Suara zikir bergema pelan, berpadu dengan suara knalpot kendaraan yang melintas kota Thaif.
“Beliau ini, Abdullah bin Abbas, sepupu Rasulullah, lautan ilmu umat Islam,” tutur Gus Lim dengan suara teduh, tangannya menunjuk ke arah makam yang berpagar perunggu di sisi barat masjid.
“Rasulullah SAW pernah meludahi mulutnya ketika beliau masih kecil.” imbuh Gus Lim.
Bukan sembarang ludah, tapi doa dan cahaya ilmu. Dari situlah lahir kecerdasan luar biasa yang menerangi dunia Islam.
Menurut Gus Lim, peristiwa itu menjadi dasar spiritual tradisi suwuk di dunia Islam Nusantara.
“Para ulama kita meneladani kisah ini. Mereka menyuapkan kurma yang telah dikunyah ke mulut bayi,” kata dia.
Hal ini sebagai simbol warisan ilmu dan doa- bukan mistik, tapi keyakinan bahwa ilmu harus lahir dari keberkahan.
Gus Lim tersenyum kecil sambil menatap jamaah.
“Kalau ingin anakmu alim dan cerdas, suwukkanlah melalui empat puluh ulama salih,” kata dia.
Menurut Gus Lim, suwuk menjadi salah satu cara orang beriman memohon agar anaknya tumbuh bersama cahaya ilmu.
Sepupu Rasulullah, Ahli Tafsir dan Sanad Hadis
Suasana masjid terasa damai. Lantunan ayat suci mengalun lembut dari peziarah yang itikaf di dalam Masjid. Di bagian luar, beberapa jamaah menempelkan tangan di pagar makam, berdoa dalam diam.
Gus Lim kembali berbicara dengan nada khusyuk,
“Beliau ini sepupu Rasulullah SAW, putra Abbas bin Abdul Muthalib,” ujar dia.
Lanjut Gus Lim, Rasulullah sendiri pernah mendoakan Abdullah bin Abbas: ‘Ya Allah, berilah dia pemahaman dalam agama dan ajarkan tafsir kepadanya.’ Doa itu menjadikannya ahli tafsir, ahli hadis, dan ulama besar yang menjadi rujukan para tabi’in.
“Abdullah bin Abbas merupakan sanad utama hadis,” tegas Gus Lim.
Setelah tahlil usai, jamaah berdiri perlahan. Beberapa mengambil gambar di depan gapura bertuliskan nama sahabat mulia itu, sementara yang lain menghampiri pedagang untuk belanja oleh-oleh.
Baca Juga: Belajar Diplomasi dari Hudaibiyah: Saat Nabi Menunda Umrah, Tapi Menang Sejarah
Thaif dan Kelembutan Warganya
Gus Lim tersenyum sambil menatap langit biru muda Thaif.
“Orang Thaif ini karakternya sangat baik dan lembut,” katanya.
“Mereka menyambut tamu dengan penuh hormat, sabar, dan tulus,” kata dia.
Benar adanya, saat jamaah mendengarkan tausiyah Gus Lim di samping pagar Masjid, ada pengendara yang tetiba berhenti untuk sekedar menurunkan satu dus air mineral dalam botol kemasan.
Dua anak kecil peminta sedekah yang sedari awal menemani, lantas membagikan air mineral tersebut kepada jamaah yang memang nampak sangat kehausan.
Adapun dulu, Bani tsaqif yang menjadi penduduk Thaif pernah menolak dakwah Nabi. Namun, menurut Gus Lim, sikap kasar penduduk Thaif kepada Rasulullah dikarenakan adanya provokasi dari tokoh kafir Quraisy Makkah yang mengetahui Nabi Muhammad SAW hijrah ke daerah tersebut.
Nabi yang disakiti tidak membalas, dan bahkan mendoakan penduduk kota tersebut. Thaif kini justru menjadi kota penuh keberkahan dan cinta Rasulullah. Mungkin inilah buah dari doa dan kesabaran beliau.
Menjelang azan Zuhur, bayangan gapura mulai condong ke barat. Burung-burung kembali beterbangan di atas menara, seakan ikut menyimak kisah yang diceritakan.
Dalam suasana teduh itu, terkenang wasiat Rasulullah kepada Abdullah bin Abbas yang masyhur di kalangan penuntut ilmu:
“Wahai anak muda, aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat.
Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.
Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah; dan jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)
Simak rasioo.id di Google News










Komentar