Tiga Tahun Tinggal di Huntara Nyompong, Serasa Berlatih Hidup di ‘Neraka’

Keluh Kesah Korban Bencana Banjir Bandang Sukajaya

RASIOO.id – Tiga tahun sudah, Siti Hasanah 56 tahun, tinggal di hunian sementara (Huntara), Kampung Nyompong, Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya.

Nenek enam cucu itu menempati ruangan 4 x 4 meter bersama suaminya. Dinding berbahan GRC board membagi ruang puluhan keluarga yang tinggal di bangunan yang sama. Sirkulasi udara seadanya. Lantai tanah dan atap berbahan logam, membuat penghuni huntara serasa dipanggang. Kalau hujan, atapnya bocor.

“Serba salah!”, ujar Siti Hasanah, saat ditemui di kediamannya pada akhir Januari 2023 lalu.

“Kami seperti latihan hidup di neraka. Panas,” keluhnya.

Kalau cuaca sedang panas, kata dia, basah tubuh sehabis mandi, tak perlu dikeringkan dengan handuk. Bahkan, mandi tidak membuat tubuh menjadi segar. “Langsung keringetan lagi,” Siti berkelakar.

Tapi demikian memang adanya. Sepanjang mata memandang sekitar hunian, sama sekali tidak ada pepohonan besar yang tumbuh. Kata warga, lokasi itu sebelumnya berupa tanah lapang yang dipergunakan warga untuk bermain sepak bola. Sumber air untuk keperluan minum, sanitasi dan MCK, mengandalkan air sawah. Kalau hujan turun, panas memang berkurang, tapi air tidak bisa digunakan karena bercampur lumpur.

“Kalau terus-terusan begini, saya lebih baik pulang lagi ke rumah. Udah gak betah banget,” kata dia.

Siti menceritakan, rumahnya yang sekarang dibiarkan kosong berukuran 9 x 13 meter. Ruangannya banyak. Halamannya juga luas. Di tempat itu, Dia hidup mengandalkan usaha pertanian, mengolah sawah yang lokasinya berjarak beberapa puluh meter dari rumahnya.

Di rumah yang menurutnya ‘mewah’ itu, Siti tidak kebingungan saat menerima tamu berkunjung. Beda dengan sekarang, semua aktifitas menumpuk di ruang 4 x 4 meter. “Ini kalau cucu dan anak saya main kesini, saya gak bisa duduk,” katanya.

Siti kembali membayangkan kehidupan di rumahnya yang lama. Menurut dia, rumah tinggalnya tidak terkena bencana banjir bandang. Kondisinya masih utuh. Banjir bandang yang menerjang kampung halamannya itu, memang merubah semuanya. Sawah ribuan meter yang jadi sumber penghasilan keluarga ludes tersapu air dan lumpur. Tapi, tidak dengan rumahnya. Menurut Siti, kondisi rumahnya baik-baik saja, dan masih bisa untuk ditinggali.

Tapi, karena pemerintah telah menetapkan perkampungannya tidak lagi aman sebagai permukiman. Dia dan keluarganya akhirnya rela mengosongkan rumah.

“Katanya, Ibu jangan bantah pemerintah, nanti kalau membantah mau urus apa-apa jadi susah,” ingat Siti, saat petugas mensosialisasikan relokasi.

Saat itu, Dia masih berusaha mempertahankan kampung halamannya. Banyak kenangan disana. Tapi sekali lagi, pemerintah mengharuskan relokasi. Warga dibangunkan Huntara, untuk tinggal sementara. Kata Siti, warga dijanjikan tidak sampai satu tahun tinggal di Huntara. Pemerintah akan membangun hunian tetap dan membangun kembali kehidupan ekonomi di lokasi yang baru.

“Tapi sampai sekarang belum. Sudah tiga tahun. Kemarin katanya awal Januari, tapi sudah mau habis bulan ini juga belum. Katanya nunggu bulan tiga (Maret) atau bulan empat (April),” kata dia. “Janji lagi, janji lagi,” imbuhnya.

Huntara Kampung Nyompong
Warga memperbaiki atap rumah huntara yang sudah diperbarui dengan dana pribadi (selo/rasioo.id)

Bencana banjir bandang di Kecamatan Sukajaya terjadi pada malam pergantian tahun 2020. Bencana tersebut membuat 4494 keluarga terdampak. Untuk mencegah korban kembali ke perkampungan yang dilanda bencana, Pemerintah membangun 701 unit huntara.

Jumlah tersebut tersebar di tiga desa, Kecamatan Sukajaya. Di Desa Kiarapandak terdapat empat titik yang dengan total 250 unit huntara. Empat titik tersebut berada di Kampung Nyomplong, Desa Kiarapandak 64 unit huntara, Kampung Hegarmanah sebanyak 86 unit huntara, Kampung Katulampa, Kiarapandak sebanyak 40 unit, dan Kampung Sukamanah 15 unit huntara.

Sedangkan di Desa Pasirmadang terdapat tiga titik yang dibangun huntara, yakni 181 huntara dekat Kantor Desa, Hegarmanah II sebanyak 182 huntara, Kampung Sibarani Desa Pasirmadang 23 unit. Sisanya, di Desa Cileuksa Utara sebanyak 552 huntara. (*)

Reporter : Selo
Editor : Ramadhan

Lihat Komentar