RASIOO.id – Bisma, sang kesatria tangguh dalam Mahabharata, adalah sosok yang penuh prinsip. Dia dikenal setia, bijaksana, dan pantang mundur, terutama dalam menepati sumpah-sumpahnya.
Bayangkan kalau Bisma hadir di dunia politik Indonesia hari ini, wah, dia bisa jadi politikus paling anti ngomong kosong atau malah politikus yang kebanyakan janji.
Mari kita bahas. Bisma dikenal dengan sumpahnya yang paling fenomenal: brahmacarya. Dia bersumpah tak akan menikah dan tak akan pernah merebut tahta, demi menjaga kehormatan ayahnya.
Di dunia politik Indonesia, sumpah semacam itu bisa jadi bahan kampanye. “Saya, Bisma, bersumpah untuk tidak akan ambil proyek bansos apa pun!” atau “Demi kesejahteraan rakyat, saya berjanji tak akan pernah berkhianat!”
Wah, kalau begini, Bisma pasti bakal populer sebagai politikus yang selalu menepati janji, meskipun janji-janji itu mungkin lebih menyusahkan diri sendiri.
Namun, kelemahan Bisma di dunia politik hari ini adalah terlalu setia. Bayangkan ada politikus seperti Bisma yang berpegang teguh pada satu aliansi atau satu pimpinan, tanpa mau pindah-pindah partai atau koalisi demi jabatan lebih tinggi. “Bisma tuh terlalu loyal,” mungkin begitu kata para analis politik di televisi.
Dalam politik modern yang cair, di mana koalisi bisa berubah secepat kilat, Bisma bakal tampak seperti dinosaurus yang terjebak di dunia yang selalu berubah. Dia akan terus bertahan di posisi yang sama, meski peta politik sudah jungkir balik.
Bisma juga punya prinsip tak ikut campur dalam perebutan kekuasaan, meskipun dia punya semua kemampuan untuk menjadi pemimpin hebat.
Di dunia politik Indonesia, dia mungkin jadi figur yang selalu menolak jabatan strategis. Bayangkan ada Bisma yang berkali-kali ditawari jadi menteri, gubernur, atau bahkan presiden, tapi dia selalu bilang, “Tidak, saya cukup jadi penasehat.” Padahal dalam hatinya, mungkin ada keinginan juga untuk mengambil posisi penting, tetapi prinsipnya terlalu kuat untuk dilanggar. Ah, Bisma ini seperti tokoh yang terjebak dalam kesempurnaan moralnya sendiri.
Tapi tunggu, ada sisi lucu dari Bisma di konteks politik Indonesia. Bayangkan dia melihat semua manuver politikus yang pindah-pindah partai, koalisi yang berubah-ubah, dan janji kampanye yang tak ditepati. Bisma pasti mengelus dada sambil berkata, “Duh, apa tidak ada lagi politikus yang setia pada sumpahnya?” Tapi ya, mungkin kita harus bilang padanya, “Pak Bisma, dunia politik zaman sekarang beda jauh sama Hastinapura, lho.”
Kesimpulannya, kalau Bisma masuk ke dunia politik Indonesia hari ini, dia mungkin bakal jadi politikus yang dihormati karena integritasnya. Tapi, di sisi lain, dia juga bakal kesulitan menyesuaikan diri dengan dunia politik yang penuh kelenturan dan kompromi.
Walau begitu, mungkin kita masih butuh figur seperti Bisma, seseorang yang meskipun terlihat kaku, tetap memegang prinsip dengan teguh. Lagipula, dalam dunia politik yang serba berubah, setitik integritas ala Bisma bisa jadi angin segar yang langka.
Simak rasioo.id di Google News