Siapa yang tidak kenal Bima? Tokoh besar dalam pewayangan ini terkenal karena otot kawat tulang besi dan wajah yang selalu serius, bukan tipe orang yang mudah diajak becanda.
Oleh : Saeful Ramadhan
Arjuna, Adiknya Bima
RASIOO.id – Suatu hari, Bima diberi tugas oleh gurunya, Resi Drona untuk mencari Tirta Perwita Sari, air kehidupan yang katanya bisa memberikan kebahagiaan sejati dan kebenaran hakiki.
Bima pun berangkat dengan semangat 45, siap mengalahkan apapun yang menghalangi jalannya. Di tengah rimba, ke puncak gunung, Kesatria pemilik Pancanaka itu mencari air “ajaib” yang digambarkan oleh resinya.
Meskipun keberadaan air semacam itu bisa dibilang hil yang mustahil, Bima tak perduli. Baginya, perintah guru adalah sederajat kurang satu ketimbang wahyu. Harus dipatuhi! Titik.
Tak di rimba, tak ketemu di gunung, Bima menyelam ke dasar samudera. Di Bumi yang paling dalam itu pun tak nampak wujudnya Tirta Perwita Sari. Hingga si perkasa itu akhirnya kelelahan juga dan terlelap di bibir pantai. Kumisnya yang baplang, menjadi kuyu.
Namun, seperti dalam banyak perjalanan epik, saat hampir menyerah, ia justru bertemu dengan makhluk kecil bernama Dewa Ruci.
Dewa Ruci ini kecil, imut, dan sama sekali tidak menakutkan. Bima yang sudah siap tempur kaget bukan main. Masa iya, kebenaran bisa ditemukan dari sosok sekecil itu? Apalagi, Dewa Ruci meminta Bima untuk “masuk” ke dalam dirinya yang mini, bahkan dari lubang kupingnya yang pasti lebih mini lagi. Bayangkan, Bima yang besar harus masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci yang sekecil kelingking, dan harus melalui lubang kuping!
Bima tentu tak percaya, tapi singkat cerita, Bima benar-benar masuk ke dalam tubuh Dewa Ruci melalui lubang kuping sosok mini tersebut. Bima terkejut, karena di dalam kemungilan itu, dia masuk ke dalam dimensi yang amat luas, bahkan lebih luas dan lebih dalam dari samudera yang dia selami tadi. Dan di dalam tubuh kecil itu, Bima menemukan Tirta Perwita Sari, air ajaib yang sudah sekian lama dia cari atas perintah gurunya.
Kisah Bima dan Dewa Ruci dalam konsteks situasi politik Indonesia hari ini sangatlah relevan. Kita sering melihat para politisi yang merasa diri mereka sebesar Bima—penuh kekuatan, otoritas, dan suara lantang di panggung, tapi gelapan dalam menemukan kebenaran.
Mereka berpikir, untuk menyelesaikan masalah bangsa, yang dibutuhkan adalah kekuasaan yang besar saja, anggaran yang besar, dan kampanye yang besar-besaran. Tapi, apa yang kita sering lupa? Kebenaran dan solusi sering kali muncul dari hal-hal kecil yang mungkin dianggap remeh, bahkan temeh.
Lihat saja, betapa seringnya isu-isu besar dalam politik kita dipecahkan dengan cara yang justru sederhana. Kadang-kadang, solusi dari masalah korupsi, misalnya, bukan tentang pembentukan komisi besar atau sidang megah, tapi dari hal kecil seperti transparansi laporan keuangan atau kampanye anti-suap di level desa. Ini mirip Bima yang akhirnya sadar bahwa untuk menemukan kebenaran, ia harus “merendahkan” diri dan melihat dari perspektif yang lebih kecil dan sederhana, seperti Dewa Ruci.
Situasi politik kita hari ini penuh dengan “Bima-Bima” modern—mereka yang ingin menyelesaikan semuanya dengan kekuatan besar dan anggaran gemuk. Namun, mungkin yang kita butuhkan sebenarnya adalah lebih banyak “Dewa Ruci”—sosok kecil yang membawa kebijaksanaan dan pendekatan sederhana tapi jitu.
Dalam politik, solusi sering kali tidak datang dari rapat besar atau aturan baru, tapi dari hal-hal kecil yang diabaikan, seperti kejujuran dalam laporan keuangan, kedekatan dengan masyarakat, atau bahkan sekadar niat baik untuk mendengarkan suara-suara kecil yang tak terdengar.
Jadi, kalau para politisi kita masih sibuk dengan strategi besar dan anggaran besar, mungkin sudah saatnya mereka belajar dari Bima: sesekali, coba lihat ke bawah, ke hal-hal kecil. Siapa tahu, di situ ada Dewa Ruci yang membawa kebenaran dan solusi yang dicari selama ini.
Akhir kata, untuk para Bima politik: kadang, kebenaran yang besar bisa datang dari sesuatu yang kecil. Jadi jangan ragu untuk merunduk dan belajar dari Dewa Ruci versi modern!
Kepada yang kau anggap kelingking itu, masuklah!
Baca Juga: Abimanyu: Belajar Strategi Perang, Tapi Sayangnya Ibunya Ketiduran
Simak rasioo.id di Google News