Ibu, Ratu Tanpa Mahkota

 

Cinta seorang ibu adalah lautan tak bertepi,
selalu mengalir meski terhalang waktu dan jarak.

Bung Eko Supriatno

 

RASIOO.id – Hari Jumat, 11 Oktober 2024, pagi itu seakan menggenggam harapan dan kecemasan dalam satu pelukan erat. Seperti kilatan petir yang menerpa langit cerah, kabar buruk datang mendadak: serangan stroke kembali menimpa ibu.

Waktu seolah berhenti sejenak, membekukan segala perasaan di dalam dada. Jantung berdegup kencang, sementara pikiran melayang jauh, melintasi lorong-lorong kenangan berharga yang dilalui bersama. Setiap tawa, setiap pelukan, setiap nasihat bijak dari sosok yang telah menjadi tiang penyangga dalam hidup.

Dengan semangat membara dan tekad yang menggelora, segera mengemasi barang-barang dan bersiap untuk perjalanan menuju RS PTPN VIII Subang. Di luar, jalanan Banten yang ramai terasa seperti batas antara harapan dan keputusasaan. Setiap detik adalah perjuangan, setiap detik terasa berharga, memanggil untuk segera berada di sisi ibu, memastikan dia tahu bahwa anaknya ada, siap mendukung dan menemani di masa sulit ini.

Mobil bergetar di atas jalanan yang tak selalu mulus, menciptakan irama harapan dan doa. Pikiran tak bisa lepas dari bayangan wajahnya, wajah penuh kasih yang selalu memberikan pelukan hangat dan nasihat bijak. “Ibu, anak sulungmu datang,” bisik dalam hati, berharap suara bisa menembus jarak yang memisahkan saat itu.

Sesampainya di RS PTPN VIII Subang, suasana seketika berubah menjadi hiruk-pikuk medis. Tim dokter dan perawat bergerak cepat, menyalurkan perhatian yang dibutuhkan. Di tengah kecemasan yang melanda, usaha untuk menenangkan diri terus dilakukan, mengingat bahwa ini adalah langkah pertama menuju harapan. Namun, keadaan ibu ternyata lebih rumit, dan akhirnya dia harus dirujuk ke RS Hamori. Rasa hati yang tak menentu mengikut setiap langkah, setiap keputusan yang diambil.

Perjalanan menuju RS Hamori menjadi perjalanan batin. Di tengah lalu lintas yang sibuk dan suara klakson yang bersahutan, merenungkan semua pengorbanan dan cinta yang telah diberikan oleh ibu. Ia adalah cahaya yang menerangi setiap sudut gelap hidup. Kini, giliran untuk berdiri kuat untuknya.

Akhirnya, tiba di RS Hamori, melangkah dengan tekad yang menguatkan. Di balik pintu rumah sakit, harapan melambung tinggi, berharap bisa menemukan keajaiban, sebuah kabar baik yang dapat menghapus semua rasa takut dan cemas yang menghantui. Dalam kebisingan dan kesibukan itu, satu harapan terpatri dalam hati, ibu kembali pulih, kembali tersenyum, kembali menjadi sumber cahaya dalam hidup.

Dengan setiap detak jantung yang bergetar dalam harapan, menunggu di sana, siap menjadi saksi perjuangan seorang ratu tanpa mahkota, yang selalu mengajarkan arti cinta dan ketahanan.

 

Ibu, Madrasah Pertama

Dalam setiap detik perjalanan hidup, kehadiran ibu menjadi berharga. Saat menatap ruang rawatnya, cemas melanda. Ibu bukan hanya pendidik, melainkan sahabat dan pilar kekuatan kami. Sejak dalam kandungan, ibu sudah mengajarkan arti kehidupan, membentuk karakter dan kecerdasan anak.

Peran ibu dalam membentuk kepribadian tak terhingga. Ia menanamkan nilai-nilai yang mendalam, mengajarkan ketulusan dan keberanian menghadapi tantangan. Setiap pengalaman bersamanya adalah fondasi untuk tumbuh dan berkembang.

Kami berdoa agar Allah memberi kekuatan kepada ibu agar bisa kembali bersama kami, menyebarkan kasih sayangnya. Harapan agar senyum dan tawanya kembali menghangatkan hati.

Ibu adalah sosok yang bersinar tanpa perlu mahkota, ratu sejati dalam kerajaan kasih sayang. Sejak pertama kali membuka mata, kita disambut oleh senyumnya, merasakan kehangatan yang tak terlukiskan. Dalam dekapan kasih sayangnya, kita menemukan surga yang aman.

Dengan sabar, ibu membimbing kita melalui setiap fase kehidupan, dari langkah pertama hingga cita-cita tinggi. Di balik semua itu, ada pengorbanan tak terhitung, momen yang dilewatkan demi kebahagiaan kita. Setiap pelukan hangatnya adalah doa untuk keselamatan dan kebahagiaan kita.

Ibu menghadapi setiap tantangan dengan keberanian luar biasa. Kalimat bijak, “Surga ada di bawah telapak kaki ibu,” menggambarkan kedalaman kasih sayang dan pengorbanannya. Kebahagiaan sejati ditemukan dalam cinta tanpa syarat. Mari kita hargai setiap momen bersamanya, karena di setiap langkah kita ada jejak kasihnya.

Ibu adalah cahaya yang memandu, guru pertama yang menanamkan nilai-nilai kehidupan. Ia mengajarkan arti berbicara, menulis, dan memahami makna kehidupan. Lembaga pendidikan mungkin memberi pengetahuan, tapi ibu memberikan kebijaksanaan yang tak ternilai.

Kasih sayang ibu adalah lautan tak bertepi. Cintanya takkan pudar, meski perilaku anaknya buruk. Di balik senyumnya, ada pelajaran tentang keteguhan dan semangat hidup. Dalam menghadapi badai kehidupan, ibu menunjukkan kebijaksanaan luar biasa.

Ibu adalah permulaan segala kehidupan, seni kehidupan yang sesungguhnya. Dalam setiap langkah kita, ada jejaknya. Mari hargai sosok mulia ini, karena tanpa ibu, tidak ada kehidupan. Ibu adalah filsuf sejati, mengajarkan cinta dan kebijaksanaan dalam menjalani hidup.

 

Perjalanan Ruh ke Langit, Warisan Cinta Ibu

 

Dalam heningnya pagi, saat sinar lembut matahari mulai merangkak di ufuk timur, sebuah momen berharga terukir dalam jiwa. Ibunda kami, sosok lembut yang selalu menjadi pelindung, kini berpulang dengan khusnul khatimah. Di sekelilingnya, putra-putri, menantu, dan cucu-cucu berkumpul, menjadi saksi bisu dari hembusan terakhir yang begitu syahdu, seolah waktu berhenti sejenak untuk memberi hormat.

Kami mengelilinginya, dengan suara bergetar, membacakan kalimat toyyibah: “Lailahaillallah.” Setiap kata meluncur lembut, membawa harapan dan doa, seakan-akan menjelma menjadi sayap yang mengantarkan ruhnya ke langit abadi. Matanya yang sejuk kini terpejam, seolah mengumpulkan semua kenangan indah yang pernah terjalin dalam benang kehidupan.

Dengan penuh rasa hormat, Ibunda menutup mata, hidung, dan mulutnya sendiri, tak ada air mata yang mengalir berlebihan, hanya syukur yang mendalam atas setiap detik yang kami lalui bersamanya. Kematian, bagi kami, bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah perjalanan menuju keabadian yang lebih suci.

Suasana dipenuhi aroma doa dan harapan, seolah semesta bergetar merasakan kehilangan ini. Dalam keheningan, kami mendengar bisikan lembutnya, mengingatkan kami untuk terus mengedepankan cinta dan kasih sayang yang ia ajarkan. Kami mengantarkannya ke pangkuan Sang Pencipta, dengan harapan agar ruhnya menemukan kedamaian abadi yang layak diterimanya.

Di sana, dalam kesunyian yang mendalam, kami menyadari bahwa cinta yang ia berikan adalah warisan tak ternilai, abadi terukir dalam jiwa kami. Kami berjanji untuk meneruskan cahaya kasihnya, menerangi setiap langkah yang kami ambil, dengan harapan bahwa suatu saat nanti, kami akan bertemu kembali dalam kebahagiaan yang tak terhingga, di antara bintang-bintang yang bersinar abadi.

 

Selamat Jalan, Ibu

Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Dalam hening yang mendalam, kami mengantarkan Ibunda Teti Tejaningsih, sosok yang memancarkan kasih sayang dan kebijaksanaan, ke pelukan Sang Pencipta. Kepergiannya pada hari Sabtu, 19 Oktober 2024, meninggalkan luka yang tak terperikan di hati kami, namun juga warisan indah yang akan abadi dalam ingatan.

Setiap senyumnya adalah cahaya, setiap nasihatnya adalah panduan. Beliau tidak hanya seorang ibu, tetapi juga sahabat, guru, dan pendukung yang tiada henti. Dalam setiap detik yang kami lalui bersamanya, kami merasakan kehangatan yang tak akan pernah pudar.

Kini, kami terpaksa berpisah, namun kenangan bersamanya akan selalu mengalir dalam setiap langkah kami.

Kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada keluarga sahabat dan semua yang telah menyampaikan doa dan dukungan. Dalam setiap bait doa yang dipanjatkan, kami merasakan ketenangan, seolah cahaya baru menerangi jalan gelap kami. Ketulusan hati keluarga sahabat dan semua menjadi sumber kekuatan dalam masa duka ini, mengikat kita dalam ikatan spiritual yang tak terputus.

Semoga Allah SWT memberkati dan semua yang peduli, mengembalikan kebaikan yang dilimpahkan kepada kami. Dalam doa kami, kami mohon agar almarhumah Ibunda diberi tempat terbaik di sisi-Nya. Dengan penuh harap, kami akan terus menjaga warisan kasih dan kebijaksanaan beliau, menerangi setiap langkah kami dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan dalam jiwa.

Selamat jalan, Ibunda. Dalam setiap detak jantung kami, dalam setiap nafas yang kami hirup, engkau akan selalu hidup. Engkau adalah inspirasi, cahaya yang takkan pernah padam. Kami akan mengingatmu dengan cinta yang abadi, selamanya dalam ingatan dan doa.

 

 

 

Tentang penulis:

BUNG EKO SUPRIATNO
Penulis, Dosen, dan Aktivis

Lihat Komentar