RASIOO.id – Ada kebiasaan unik di tengah masyarakat kita: merafal mantra sambil berharap hidup jadi lebih baik. “Ya Allah, mudahkan rezeki, turunkan jodoh, naikkan pangkat, dan kalau bisa tambahkan diskon Shopee,” begitu kira-kira isi permohonannya. Tapi yang aneh, setelah doa selesai, mereka duduk santai, nonton drama Korea, sambil ngeluh, “Kok belum dikabulin ya, Tuhan?”
Sebagian orang tampaknya punya konsep bahwa Tuhan itu seperti kurir paket. Tinggal kasih alamat, sebutkan permintaan, dan voilà, barang sampai depan pintu. Kalau paketnya telat, marah-marah, “Tuhan nggak adil! Doa saya mana?” Padahal, mereka lupa cek, sudah bayar ongkir usaha belum?
Ajian-ajian dipanjatkan, tapi tangan tetap di saku. Seolah langit itu cuma berfungsi jadi kotak saran: menampung doa, tanpa melihat usaha manusia. Misalnya, ada yang ingin kaya tapi malas kerja, cuma mengandalkan mantra, “Rezeki datanglah, uang turunkanlah!” Kalau ada hujan uang, itu namanya meteor ekonomi, bukan doa yang dikabulkan.
Tuhan, tentu saja, maha baik. Tapi kalau doa itu cuma jadi hafalan harian tanpa usaha nyata, ya maaf-maaf saja. Seperti mau menang undian tapi nggak beli kuponnya. Pernah dengar pepatah “Langit tidak akan berubah jika bumi tak bergerak?” Nah, ini seperti berharap taman bunga mekar sendiri, padahal pupuk saja malas beli.
Dan anehnya, ketika semua doa itu tak kunjung membuahkan hasil, siapa yang disalahkan? Tuhan. “Sudah doa bertahun-tahun, kok nggak ada yang berubah, Tuhan?” Lupa dia bahwa doa itu bukan kontrak kerja, apalagi layanan streaming, yang kalau buffering langsung bikin protes.
Sebagai khalifah di bumi, manusia punya tugas untuk mengolah dunia ini dengan baik, bukan cuma menunggu mukjizat turun dari langit. Bayangkan kalau Nabi Nuh dulu hanya berdoa tanpa bikin bahtera. Habis sudah dia dan pengikutnya dihanyutkan banjir besar. Atau kalau Nabi Yusuf cuma berdoa tanpa mempersiapkan lumbung pangan, mungkin Mesir sudah jadi cerita fosil.
Lucunya, ada juga yang berpikir, “Ya sudah, kalau Tuhan nggak kasih, berarti Dia nggak sayang sama aku!” Wah, ini baper level langit. Tuhan itu bukan pasangan toxic yang sengaja cuekin kita, tapi Dia tahu mana yang terbaik. Kalau permintaanmu belum dikabulkan, mungkin itu doa sedang diuji SNI dulu.
Jadi, mari kita ubah cara berpikir. Tuhan bukan buruh lembur untuk memenuhi permintaan seenaknya. Doa itu, selain permohonan, adalah pengingat bahwa manusia harus berusaha. Jangan lagi salah paham dengan Tuhan. Kalau semua keinginanmu belum tercapai, jangan buru-buru marah. Coba cek dulu, sudah kerja keras belum? Atau jangan-jangan, doa-doamu cuma jadi mantra tanpa tindakan.
Ingat, Tuhan itu maha segalanya, tapi Dia bukan asisten pribadi yang bisa kita suruh-suruh. Kalau hidup mau berubah, jangan cuma doa, bergeraklah. Kalau mau lucu, ya… jangan salahin Tuhan lagi, dong!
Baca Juga: Kepala Daerah Dipilih DPRD, Pandangan Socrates dan Kemalasan Penguasa Mendidik Rakyat
Simak rasioo.id di Google News