RASIOO.id – Siapa yang tak kenal dengan sosok Sengkuni dalam dunia wayang? Dia adalah master manipulasi, penjahat ulung yang gemar adu domba, dan tak pernah kehabisan akal untuk memecah belah pihak-pihak yang damai. Jika Sengkuni hidup di era sekarang, mungkin dia sudah punya partai politik, ikut debat di TV sambil senyum-senyum, dan licin bagai belut dalam menghadapi tuduhan apapun. Seandai pun tak bikin partai, Sengkuni mungkin ada di posisi lain, tapi tetap licik. Titik!
Dalam konteks politik Indonesia hari ini, sosok seperti Sengkuni sayangnya tak sepenuhnya fiktif. Bayangkan saja, Sengkuni yang hobi menjilat dan menghasut itu pasti betah dalam suasana politik penuh intrik. Tabiatnya yang licik, senang menyulut api di atas sekam, sangat cocok dengan beberapa drama politik kita dari perebutan kekuasaan hingga sikut-sikutan di belakang layar.
Dalam kehidupan politik hari ini, kita sering melihat figur-figur yang tak segan-segan “mengadu domba” demi keuntungan pribadi. Mereka bisa berpose sebagai penyelamat bangsa, tetapi di balik layar, manuver politiknya tak jauh dari Sengkuni yang lebih suka melihat kekacauan daripada perdamaian.
Namun, kalau dipikir-pikir, apakah benar-benar tak ada kebaikan dari Sengkuni? Ah, sudut pandang lain bisa memberi kita wawasan baru. Menurut perspektif lain, Sengkuni itu cerdas, licin, dan tahu bagaimana cara bermain di dunia yang penuh tipu daya.
Kalau dia seorang politisi modern, mungkin dia bisa jadi ahli strategi andal! Bukankah dalam politik, yang penting adalah bagaimana memenangkan hati (atau minimal suara) rakyat? Di sinilah sisi “positif” Sengkuni. Dia tahu caranya bertahan, bahkan di tengah arus politik yang ganas.
Tak semua yang dilakukan Sengkuni buruk, lho. Ada yang bilang, dia loyal pada rajanya, meski metodenya bikin garuk kepala. Dalam dunia yang serba kompleks, kadang-kadang dibutuhkan seseorang yang bisa berpikir sepuluh langkah ke depan, meskipun cara-caranya mungkin sedikit… ya, kreatif.
Lihatlah dari sisi lain, Sengkuni bukan hanya pencipta masalah, tapi juga problem solver kelas berat, walau solusinya biasanya berujung kekacauan yang lebih besar.
Jadi, kalau ada Sengkuni di sekitar kita hari ini, mungkin kita perlu waspada, tapi juga angkat topi pada kelihaian dan kepiawaiannya memainkan peran. Seperti pepatah, “kita bisa belajar dari musuh kita.”
Yang pasti, dalam politik Indonesia, kita tak perlu Sengkuni tambahan. Yang ada sudah lebih dari cukup!
Baca Juga: Bisma: Kesatria Setia yang Kebanyakan Janji di Panggung Politik Indonesia
Simak rasioo.id di Google News