Guru Honorer Bertaruh Nyawa Setiap Hari di Jembatan Rusak Leuwiranji Rumpin

 

 

RASIOO.id – Bogor. Setiap pagi, Ifan Nuryana (38), seorang guru honorer asal Desa Tamansari, Kecamatan Rumpin, harus menguatkan hati sebelum berangkat mengajar ke SMK Bistek di Kecamatan Gunung Sindur. Bukan karena jarak tempuh yang jauh, melainkan karena jalan dan jembatan rusak di Kampung Leuwiranji, Desa Sukamulya, Kecamatan Rumpin yang nyaris ambruk.

Selama 10 tahun terakhir, Ifan menggantungkan perjalanan hidupnya pada jembatan itu. Ia tahu betul, sewaktu-waktu jembatan bisa runtuh saat ia melintas.

“Sekarang kondisinya rusak parah. Bantalan besi sudah banyak terlepas, beberapa bagian jembatan jebol. Kalau ambruk, habis sudah nyawa kita,” ungkap Ifan dengan wajah gusar.

Baca Juga: UMKM di Rumpin Kabupaten Bogor Tumbuh Pesat, Camat Dorong Produk Lokal Masuk GPU Disdagin

 

Jalur Tambang, Ribuan Truk, Infrastruktur Kian Rapuh

Parahnya, jalur yang dilalui Ifan bukan hanya dilewati warga, tetapi juga menjadi lintasan ribuan truk tambang setiap hari. Beban berlebih itu mempercepat kerusakan jalan sekaligus menghantam jembatan Leuwiranji tanpa ampun.

“Setiap hari ribuan truk lewat. Tonasenya jelas melebihi kapasitas. Jalan makin hancur, jembatan makin rapuh,” tegasnya.

 

Bagi Ifan, menyaksikan orang jatuh di jembatan bukan lagi hal baru. Ia bahkan sering jadi penolong pertama.

“Pagi-pagi sering lihat motor jatuh. Kalau musim hujan lebih bahaya lagi, jembatan licin. Belum lama ini ada ibu-ibu terjatuh di depan saya, langsung saya tolong,” ceritanya.

Catatan warga, kecelakaan di jalur itu sudah sering terjadi. Namun, sampai hari ini, perbaikan tak kunjung ada.

 

Selain membahayakan, jalur ini juga kerap membuat kemacetan panjang akibat truk tambang yang parkir sembarangan di badan jalan.

“Sering macet, truk berhenti seenaknya. Harusnya Dinas Perhubungan dan kepolisian turun tangan. Jangan diam saja,” tegas Ifan.

 

Kisah Ifan adalah potret nyata warga Rumpin yang setiap hari mempertaruhkan keselamatan di jalur tambang. Guru honorer itu hanya ingin sampai ke sekolah dengan selamat untuk mendidik siswanya. Namun, setiap langkahnya di atas jembatan Leuwiranji, selalu ada rasa was-was: apakah jembatan itu masih sanggup menahan beban, atau akan runtuh saat ia melintas?

 

 

Simak rasioo.id di Google News

Komentar