RASIOO.id – Partisipasi anak muda dalam Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pilkada bukan hanya urusan angka, tetapi soal kualitas demokrasi dan kepemimpinan masa depan.
Hal itu ditegaskan oleh Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, dalam kegiatan Pendidikan Politik untuk Gen Z dan Organisasi Kepemudaan (OKP) yang digelar Bawaslu Kota Tangerang di Wisma Atlet Modernland, Rabu, 22 Oktober 2025.
Menurutnya, generasi Z memiliki peran sentral sebagai penentu arah demokrasi Indonesia ke depan.
“Kualitas demokrasi dan Pemilu ini bukan hanya ditentukan oleh penyelenggara dan peserta, tapi juga oleh partisipasi masyarakat secara umum. Anak muda dan Gen Z harus jadi lokomotif. Baik buruknya Pemilu tergantung juga pada mereka,” ujarnya.
Adi menyebut tingkat partisipasi masyarakat di Kota Tangerang selama ini relatif baik, dengan angka kehadiran pemilih mencapai 75–80 persen pada setiap gelaran Pemilu maupun Pilkada.
Namun, ia mengingatkan bahwa kuantitas tanpa kualitas bukan jaminan bagi demokrasi yang sehat.
“Yang paling penting bukan sekadar jumlah orang yang datang ke TPS, tapi siapa yang mereka pilih. Demokrasi yang bermartabat lahir dari pemilih yang sadar dan rasional, bukan karena uang atau isi tas,” tegasnya.
Ia menyoroti pentingnya pendidikan politik sejak dini, terutama bagi pemilih muda, agar mampu mengenali calon pemimpin yang berintegritas dan berkompeten.
Baca Juga: Peran Krusial Anak Muda, Bawaslu Kota Tangerang Gelar Pendidikan Politik untuk Gen Z dan OKP
Lawan Apatisme Politik Gen Z
Dalam pandangannya, tantangan terbesar demokrasi ke depan bukanlah rendahnya jumlah pemilih, melainkan tingginya apatisme politik di kalangan anak muda.
Banyak dari mereka yang merasa suaranya tidak berpengaruh, atau kecewa pada praktik politik yang jauh dari ideal.
“Anak muda harus yakin, sekecil apa pun yang mereka lakukan untuk perbaikan negara dan Pemilu akan membawa manfaat. Dari situ bisa lahir pemimpin yang bagus dan tokoh yang benar-benar mendengar rakyat,” ujar Adi.
Ia menambahkan, partisipasi politik generasi muda adalah bentuk investasi demokrasi jangka panjang.
Jika mereka tidak ikut menentukan arah politik hari ini, maka keputusan-keputusan besar bangsa akan terus didominasi oleh kelompok yang sama tanpa penyegaran visi.
Adi menilai, masa depan demokrasi Indonesia bergantung pada energi baru dari generasi muda yang berpikir kritis, rasional, dan idealis.
“Demokrasi itu butuh darah segar. Kalau anak muda diam, maka ruang politik akan terus dikuasai oleh mereka yang bermain dengan cara lama,” katanya.
Karena itu, ia mendorong agar lembaga penyelenggara pemilu, partai politik, hingga pemerintah daerah membuka ruang partisipasi yang lebih luas bagi anak muda.
Menurutnya, pendidikan politik yang diselenggarakan Bawaslu Kota Tangerang merupakan langkah penting untuk mencetak generasi sadar politik sejak dini.
Simak rasioo.id di Google News










Komentar