RASIOO.id – Di kecamatan terpencil Lawe Alas, Aceh Tenggara, jauh dari pusat gemerlap perkotaan, lahirlah Sastra Winara. Desa itu bisa dicapai dengan 15 jam perjalanan darat dari Medan.
Meski lahir di daerah terpencil, Sastra punya mimpi besar. Sejak remaja ia bermimpi memperjuangkan bangsa ini dengan menjadi prajurit TNI Angkatan Darat. Tapi, mimpinya tak berwujud. Dua kali mendaftar jadi prajurit di Banda Aceh, dua kali juga Sastra menemui kegagalan.
Tak patah arang, Sastra mencoba tahun berikutnya mendaftar di Kota lain. Dengan tekad bulat, ia memutuskan merantau ke Jakarta dan mencari pamannya, seorang anggota Kopassus, berharap mendapatkan sedikit kemudahan lolos seleksi pendaftaran. Sastra tinggal di Asrama Kopassus, menunggu dibukanya gelombang pendaftaran.
Waktu itu, Sastra berusia 22 tahun belum genap, usia terakhir yang ditolerir Mabes TNI untuk bisa mendaftar Akademi Militer.
Namun, hidup justru memberinya jalan tak terduga. Pada 2009, Sastra yang tergoda panflet kampanye akbar Partai Gerindra diramaikan artis Ibu Kota, nekad berangkat.
“Saya minta izin ke Tante tapi tidak diizinkan, karena mau daftar tentara gak boleh nonton konser acara partai,” kata Sastra, saat berbincang dengan reporter rasioo.id, baru-baru ini.
Tanpa izin, Sastra keluar asrama dan mengajak sejumlah teman menghadiri kampanye akbar Partai Gerindra di Gelora Bung Karno. Waktu itu, tahun 2009, menjelang Pemilu dan juga Pemilihan Presiden.
Sastra yang masih sangat remaja, sama sekali tidak punya tujuan menjadi bagian dari acara partai. Sastra dari kampung, ingin lihat langsung artis Ibu Kota yang biasa dilihat melalui layar sempit televisi.
Dia merangsek menuju depan panggung. Bahkan paling depan, dengan harapan bisa merasakan salaman tangan lembut artis yang tampil. Sastra berkulit putih, tampil mencolok dengan ikat kepala berwarna putih dan gambar kepala burung garuda.
Sastra mengenakan bendera partai yang dia dapat saat menuju area GBK untuk ikat kepala.
Saat Prabowo Subianto tengah berorasi, Sastra yang mengenakan ikat kepala dengan bendera Gerindra menarik perhatian Prabowo. Prabowo memanggilnya naik ke panggung dan bertanya, “Kamu adiknya Gea bukan?”, “Bukan pak!,” jawab Sastra. Gea adalah mantan prajurit Prabowo yang berkali-kali ikut perang di Timor-Timur.
Meski nyatanya bukan, Prabowo tetap meminta Sastra naik ke atas panggung, dan lantas memberi pujian.
“Ini nih, dari Aceh saja ikut kampanye.” Momen sederhana itu menjadi titik balik dalam hidupnya.
Setelah naik panggung, Sastra tak lagi turun. Dia ditawarkan bergabung, dan kemudian menjadi bagian dari perjuangan politik Prabowo Subianto.
Setelah momen tersebut, karier Sastra bergulir. Alih-alih menjadi prajurit, ia memulai karir sebagai pejuang politik. Prabowo kemudian mempercayainya sebagai ajudan pribadi selama 10 tahun penuh. Selama dekade itu, Sastra tidak hanya mengabdi, tetapi juga belajar dari sosok yang ia anggap sebagai guru dan panutan.
Di bawah bimbingan Prabowo, Sastra mengikuti berbagai dinamika politik dan perjalanan panjang dalam meraih impian bangsa. Prabowo yang tak kenal lelah mengajarkan bahwa kegagalan bukanlah akhir, dan Sastra menyerap pelajaran itu sepenuh hati, menerapkannya dalam kiprah politiknya sendiri.
Pada Pemilu 2019, Prabowo mendorongnya untuk mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kabupaten Bogor. Sastra terpilih, dan kemudian terpilih lagi pada 2024.
Hingga akhirnya, pada Agustus 2024, Sastra yang kini berusia 37 tahun, resmi menjabat sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bogor—di usia yang masih terbilang muda untuk posisi tersebut. Di sisi lain, Prabowo kini menjabat sebagai Presiden RI.
Sebagai ketua DPRD, Sastra diamanahi tugas khusus dari Prabowo untuk mengabdi bagi Bogor, yang dianggap sebagai “halaman rumah” sang presiden. Mengingat pesan-pesan Prabowo selama mengabdi, Sastra bertekad memegang amanah tersebut. Satu pelajaran dari Prabowo yang tak akan dilupakannya adalah menyentuh hati rakyat.
“Kalau kamu tak bisa membahagiakan 100 orang, bahagiakanlah 10 orang. Jika itu pun tak bisa, bahagiakan satu orang. Tapi kalau satu pun tidak bisa, minimal jangan menyakiti hati orang,” ucap Sastra, menirukan pesan Prabowo, yang telah ia anggap seperti ayah sekaligus guru.
Kini, Sastra Winara yang memulai langkah dari desa kecil Lawe Alas telah mengukir jejaknya di panggung politik nasional. Dia juga berharap, negara ini bisa lebih baik lagi dipimpin oleh Prabowo Subianto yang kini menjadi Presiden RI.
“Kami tahu betul, bapak Prabowo sangat cinta kepada bangsa ini, dan juga sangat cinta kepada Kabupaten Bogor karena tempat tinggalnya,” kata Sastra.
Saksikan kisah hidup Sastra Winara di POSISI, Podcast Literasi dan Inspirasi:
Simak rasioo.id di Google News