RASIOO.id – Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mungkin belum tahu bahwa masih ada dua keluarga di Kelurahan Batusari, Kecamatan Batuceper tinggal di rumah tidak layak huni.
Rumah di Kampung Darussalam Utara I, RT 03/05, Kelurahan Batusari tersebut, milik Uwa Upi, janda berusia 50 tahun yang tinggal bersama 4 orang anak dan cucunya.
Rumah Uwa Upi tanpa dinding, bersama anak dan 2 orang cucunya, keluarga itu tidur di kasur lantai. Jangankan Plafon, asbes untuk menutup atap rumahnya juga belum sepenuhnya terpasang.
Satu lagi, tetangganya bernama Tari (45), tinggal bersama istri dan 3 anaknya. Tari bergantung mata pencaharian sebagai petugas sampah rumah tangga untuk dibawa ke tempat penampungan sementara. Upahnya tidak seberapa.
Sebenarnya, warga sekitar sudah berupaya mencari bantuan kesana-sini untuk membantu dua keluarga tersebut. Namun, bantuan yang terkumpul belum cukup untuk menutup dinding rumah tua itu. Rangka berbahan baja ringan sudah terpasang, namun dindingnya sebagian masih melompong. Kalau hujan, air masuk tertiup angin.
“Saya sangat prihatin terhadap kondisi rumah warga saya yang sudah tidak layak huni,” kata Ketua RW 05, Kelurahan Batusari, Mubarok, kepada rasioo.id, Selasa 21 November 2023.
Baca Juga : Kebun Bahagia Kota Tangerang, Ikhtiar “Mengikis” Penat Warga
Kata Mubarok, belum ada bantuan dari Pemerintah Kota Tangerang untuk memperbaiki rumah Uwa Upi agar layak huni. Bantuan datang dari Yayasan Satu Atap, yang selama ini bergerak untuk membantu anak Yatim Piatu.
“Kami sungguh sangat apresiasi sekali kepada Yayasan Satu Atap, karena yayasan itu lagi butuh biaya tapi bisa membantu membiayai orang atau warga saya yang ada di RT 03 RW 05. Itu bantuan mutlak dari Yayasan Satu Atap sampai saat ini,” kata dia.
Sebagai Ketua Lingkungan, Mubarok mengaku telah berupaya mencari bantuan kepada pemerintah dan aspirasi anggota dewan untuk merealisasikan program bedah rumah. Akan tetapi, belum ada tanda-tanda pemerintah akan menurunkan bantuan.
“Selaku Ketua RW saya juga sudah berusaha minta bantuan sama pemerintah dan sampai saat ini juga belum ada realisasi. Saya mengharapkan sekali uluran tangan dari pemerintah atau dewan untuk membangun salah satu rumah warga kami,” harap dia.
Dia mengimbau agar pemerintah jangan hanya fokus membangun infrastruktur jalan. Bantuan untuk tempat tinggal keluarga miskin juga perlu mendapat perhatian.
“Saya sangat mengharapkan sekali bantuan pemerintah di tingkat Provinsi, Kota, Kecamatan, maupun kelurahan untuk membantu warga kami yang bernama Uwa Upi dan saudara Tari salah satu pemungut sampah di lingkungan RT 03 RW 05,” harapnya.
Menurut perhitungan Mubarok, rumah Uwa Upi dan Tari masih membutuhkan dana cukup besar. Untuk menutup dinding, atap, dan pintu, biaya yang dibutuhkan masih kisaran Rp 15 juta. Bahkan, kata dia, bisa lebih karena di sana terdapat dua kepala keluarga (KK).
“Kurang lebih sekitar 15 juta bahkan bisa lebih, sampai saat ini baru terealisasi itu atapnya aja sama tiang-tiang,” kata dia.
Selain itu, menurut pengakuan dari tetangga yang enggan disebutkan, Pemilik rumahnya ada dua KK, yaitu Bang Tari dan Uwa Upi (janda).
“Yang tinggal di Uwa Upi ada 4 orang, janda atau sebagai ibu rumah tangga, usianya ga tau tapi kira-kira 50 tahunan, dia bersama anak cucuknya yang revan sama ilur (Uwa Upi, Revan, Irul, dan Mul), cucu-cucunya berusia di bawah 10 tahun dan Mul (anaknya) usianya di atas 15 tahun,” kata warga tersebut.
Sedangkan, Bang Tari bekerja sebagai tukang sampah di lingkungan RW 05 dan istrinya Kuswati (atau yang karib disapa Mpo Encit) sebagai ibu rumah tangga. Mereka tinggal bersama 4 orang anak. Anak-anaknya Latifah masih sekolah, Indah sudah kerja, dan Nain anak pertamanya sudah kerja.
“Bang Tari tinggal bersama istri dan tiga orang anaknya, dua anaknya yang sudah kerja dan satu anaknya masih sekolah,” jelas warga tersebut.
Simak rasioo.id di Google News