RASIOO.id – Calon Wakil Bupati (Cawabup) Bogor, Musyafaur Rahman, menggelar kampanye marathon dari subuh hingga malam di berbagai lokasi pada Senin, 30 September 2024. Kegiatannya dimulai dari Salat Subuh di Pasar Cibinong, dilanjutkan dengan ngopi bareng para pedagang, kemudian pertemuan di Cileungsi, kunjungan ke Pondok Rajeg, hingga berakhir di Cibinong selepas Maghrib.
Musyafaur menjelaskan bahwa kampanyenya berfokus pada sosialisasi nomor urut dan program-program yang ditawarkan oleh pasangan calon.
“Saya nomor urut dua. Kami punya program yang jelas terpampang di baliho-baliho seluruh Kabupaten Bogor. Harapannya, masyarakat memilih berdasarkan program, bukan berdasarkan hal lain seperti penampilan atau popularitas,” ujarnya.
Baca Juga: Pasangan Bayu-Musya Yakin Visi Perubahan Gaet Hati Pemilih, Andalkan Koalisi Rakyat
Dalam pertemuan dengan warga, Musyafaur mendengar berbagai masukan. Salah satu keluhan utama yang disampaikan adalah soal penahanan ijazah oleh sekolah. Selain itu, banyak ibu rumah tangga yang menyoroti tingginya biaya kesehatan dan pendidikan.
“Mereka berharap jika saya dan Haji Bayu terpilih, layanan kesehatan bisa lebih terjangkau, bahkan gratis. Saat ini, program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) ada, tapi belum cukup membantu. Banyak masyarakat yang kesulitan, terutama jika punya tunggakan BPJS, mereka harus melunasi dulu sebelum bisa mengakses layanan,” jelas Musyafaur.
Selain masalah kesehatan, warga juga mengeluhkan akses pendidikan. Di daerah Tanjungsari, misalnya, sekolah swasta masih membebankan biaya tinggi, sementara jarak sekolah sangat jauh dan transportasi umum minim.
“Padahal mereka membayar pajak sama seperti warga di Cileungsi atau Cibinong, tapi aksesnya sangat berbeda,” tambahnya.
Mengenai strategi kampanyenya, Musyafaur memilih pendekatan langsung dengan masyarakat.
“Kami hanya diusung oleh satu partai, jadi ikhtiar kami adalah bertemu sebanyak mungkin dengan warga. Dari subuh hingga bada Isya, saya keliling mendengarkan langsung apa yang mereka butuhkan. Setiap daerah punya kebutuhan yang berbeda, Cibinong, Tanjungsari, hingga Parungpanjang, semua memiliki tantangan masing-masing,” ungkapnya.
Ketika ditanya mengapa ia lebih memilih kampanye di rumah warga daripada mengumpulkan massa di lapangan terbuka, Musyafaur menekankan bahwa pendekatan ini lebih efektif dan terjangkau.
“Kampanye di rumah warga lebih menyentuh. Biayanya murah dan masyarakat tidak perlu ongkos. Selain itu, ini juga bagian dari pendidikan politik. Pemimpin harus siap menjawab segala pertanyaan warga, dan di rumah mereka, mereka lebih berani mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka rasakan,” pungkasnya.
Simak rasioo.id di Google News